Jurnal Bengkulu Mandiri

Membangun Bengkulu Menuju Budaya Riset

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN BENGKULU UTARA January 4, 2014

Filed under: SDA & LH — Urip Santoso @ 6:38 pm
Tags: ,

Oleh : Echy Warna Priasty

Abstrak

 

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Bengkulu Utara telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan akibat kegiatan perkebunan rakyat atau perkebunan swasta besar baik perkebunan sawit maupun karet, pertambangan batubara, pertambangan emas, dan juga tidak sedikit sudah menjadi lahan permukiman transmigrasi yang tersebar di sub-sub Das-nya. Makalah ini akan memberikan gambaran atau potret keadaan akibat perubahan penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bengkulu Utara.Dampak dari perubahan penggunaan lahan ini yaitu terjadinya kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity), kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburan tanah atau pemiskinan tanah), dan akumulasi limbah industri (pencemaran) serta terganggunya flora dan fauna, terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk. Oleh karena itu,setiap kegiatan dalam DAS harus juga memenuhi tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

 

Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai (DAS), Lahan, dan Perubahan Penggunaan Lahan

 

PENDAHULUAN

Daerah  Aliran Sungai (DAS) Bengkulu Utara merupakan salah satu DAS di provinsi Bengkulu yang kondisi fisiknya sudah mengalami perubahan fungsi menjadi daerah perladangan, pertambangan, perkebunan rakyat atau perkebunan swasta besar, juga tidak sedikit sudah menjadi lahan permukiman transmigrasi.  DAS sendiri merupakan salah satu elemen terpenting dari sistem tata air dalam konsep hidrologi . Secara Singkat Soemarwoto (1985), mengemukakan batasan DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh igir-igir gunung yang semua aliran permukaannyamengalir ke suatu  sungai  utama. Istilah Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan juga sebagai suatu kesatuan ekosistem dimana organisme dan lingkungannya berinteraksi secara dinamik dan memiliki ketergantungan satu sama lain dalam setiap komponennya (Asdak, 2002).Kondisi hidrologi DAS dapat terpengaruh akibat terjadinya perubahan penggunaan lahan (de la Cretaz andBarten, 2007).  

Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai. Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).  Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin, 1993 dalam Wahyunto et al., 2001). Perubahanpenggunaan lahan dapat mempengaruhi sistem ekologi setempat diantaranya pencemaran air dan polusi udara (Hu, et al., 2008),

Daerah Aliran Sungai di Bengkulu Utara sudah dapat dilihat bahwa mengalami perubahan fungsi, kondisi tersebut diakibatkan oleh kesadaran masyarakat dan pemerintah yang belum optimal. Peraturan-peraturan Pemerintah sudah ada tetapi pelaksanaan dilapangan belum maksimal dan dibarengi penegakan hukum yang tidak jalan.  Makalah ini akan memberikan gambaran atau potret keadaan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bengkulu Utara akibat perubahan pengguanaan lahan sehingga dapat memberi masukan kepada masyarakat maupun pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara untuk memanfaatkan lahan dengan tidak mengesampingkan  kelestarian Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bengkulu Utara itu sendiri.

ISI TULISAN

Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bengkulu Utara

Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual (Arsyad, 1989). Namun saat ini eksploitasi DAS oleh manusia makin marak dan berkembang pesat, sehingga menimbulkan ketimpangan-ketimpangan dalam ekosistemnya. Manusia-manusia yang tidak bertanggungjawab kerap kali mengeksploitasi, memanfaatkan pembangunan sebesar-besarnya demi keuntungan ekonomi semata tanpa mengindahkan kaidah-kaidah ekologisnya.

Kondisi hidrologi DAS dapat terpengaruh akibat terjadinya perubahan penggunaan lahan (de la Cretaz and Barten, 2007), selain itu kualitas air DAS yang melewati daerah perkotaan juga dipengaruhi oleh perkembangan kota/perubahan penggunaan lahan seperti perkembangan industri dan perkembangan pemukiman di wilayah DAS (Coskun, et al., 2008). Selain itu,  Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu  sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa  pabila keterkaitan sudah terselenggara maka pengelolaan hutan, tanah, air, masyarakat dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen ekosistem tersebut.

Kondisi Daerah Aliran Sungai di Bengkulu Utara                       

Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Bengkulu Utara tahun 2013 terdapat DAS yang mengalami perubahan penggunaan lahan atau pengalihan fungsi. Berikut adalah DAS yang kondisi fisiknya sudah mengalami perubahan fungsi menjadi daerah perladangan, perkebunan rakyat atau perkebunan swasta besar, juga tidak sedikit sudah menjadi lahan permukiman transmigrasi antara lain :

1.      Sub DAS Air Lelangi dan Sub DAS Air Ulam Kecamatan Napal Putih terdapat perusahaan perkebunan besar PT. Air Muring yang mengusahakan lahan untuk perkebunan karet seluas 3.750 Ha, PT. Pamor Ganda yang mengusahakan perkebunan Karet, rencana penambangan batu bara  seperti PT. Firman Ketahun, PT. Indonesia Riau Sri Avantika dan juga terdapat 7 satuan permukiman lahan transmigrasi dengan seluas 3.500 Ha.

2.      Sub DAS Air Suwoh, terdapat kegiatan penambangan emas rakyat di bekas lahan kuasa pertambangan PT. Lusang Mining  dan perluasan lahan untuk perkebunan besar swasta PT.ALNO.

3.      Sub DAS Kayang, terdapat bekas ladang masyarakat dan lahan perkebunan kelapa sawit PT. Sumindo seluas 500 Ha.

4.      Sub DAS Air Santan, terdapat kegiatan perkebunan kopi, karet, kulit manis dan kebun campuran yang diusahakan masyarakat dengan seluas 2.500 Ha.

5.      Sub DAS  Air Senaba adanya perkebunan dan industri pengolahan CPO  PT. Agricinal

6.      Sub DAS Air Sabai  terdapat perkebunan masyarakat dan perkebunan besar swasta dan pabrik pengolahan CPO milik PT. Mitra Puding Mas dan perkebunan PT. ALNO.

Dampak Perubahan Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Bengkulu Utara

Secara umum penyebab kerusakan DAS di Kabupaten Bengkulu Utara disebabkan  perubahan penggunaan lahan, yaitu  berkurangnya tutupan hutan dalam suatu DAS menjadi daerah perladangan, pertambangan batubara dan emas,  perkebunan rakyat atau perkebunan swasta besar, industri dan juga tidak sedikit sudah menjadi lahan permukiman transmigrasi. Dalam suatu DAS yang harus diperhatikan dalam pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan air. Sumberdaya tersebut peka terhadap berbagai macam kerusakan (degradasi) seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity), kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburan tanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam (salinisasi), penggenangan (water logging), dan akumulasi limbah industri atau limbah kota (pencemaran) (Rauschkolb, 1971). Menurunnya kualitas air yang disebabkan baik oleh sedimen yang bersumber dari erosi maupun limbah industri (polusi) sudah sangat dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat.

1.                  Dampak Perubahan Penggunaan Lahan sebagai Perkebunan terhadap DAS di Kabupaten Bengkulu Utara

Perubahan tutupan hutan menjadi lahan perkebunan karet maupun kelapa sawit diyakini dapat menyebabkan erosi di DAS terutam apada awal pembukaan lahan. Hal inilah yang terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Kabupaten Kaur (Mezulianti, 2013).  Proses pembukaan lahan telah menyebabkan hilangnya tegakan vegetasi yang menutupi permukaan tanah sehingga terjadi kehilangan bahan organik lebih cepat dan kerusakan terhadap struktur tanah. Peluang terjadinya degradasi lahan oleh aliran permukaan (run off) dan erosi akan semakin besar bila terdapat curah hujan yang tinggi dan erosif (> 2.500 mm tahun-1) dan kemiringan lereng yang curam serta pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya.

Kerusakan utama yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah kemunduran kualitas sifat-sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Kemunduran kualitas tanah tersebut dapat berupa kehilangan keanekaragaman hayati, unsur hara dan bahan organik yang terbawa oleh erosi, tersingkapnya lapisan tanah yang miskin hara dan sifat-sifat fisik yang menghambat pertumbuhan tanaman, menurunnya kapasitas infiltrasi dan kapasitas tanah menahan air, meningkatnya kepadatan tanah dan ketahanan penetrasi serta berkurangnya kemantapan struktur tanah. Hal tersebut pada akhirnya berakibat pada memburuknya pertumbuhan tanaman, menurunnya produktivitas tanah atau meningkatnya pasokan yang dibutuhkan untuk mempertahankan produksi. Memburuknya sifat-sifat biologi, kimia dan fisik tanah serta menurunnya produktivitas tanah sejalan dengan semakin menebalnya lapisan tanah yang torerosi.

Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh aliran permukaan diendapkan di bagian tertentu atau masuk ke sungai serta diendapkan di dalam sungai, waduk, danau atau saluran-saluran air. Disamping itu dengan berkurangnya kapasitas infiltrasi tanah yang mengalami erosi akan menyebabkan aliran permukaan (run off) meningkat. Peningkatan aliran permukaan dan mendangkalnya sungai mengakibatkan banjir semakin sering dengan tingkatan (derajat) yang semakin berat  pada setiap musim hujan.

Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di bagian hulu DAS menyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan kekeringan di musim kemarau.  Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa eropsi. Bersama dengan sedimen, unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut terbawa masuk ke dalam waduk atau sungai (Sinukaban, 1981). Hal ini mengakibatkan terjadinya eutrofikasi berlebihan dalam danau atau waduk sehingga memungkinkan perkembangan tananam air menjadi lebih cepat dan pada akhirnya mempercepat pendangkalan dan kerusakan waduk atau danau tersebut. Meningkatnya aktivitas pertambangan dan pembanguan pabrik yang tidak diikuti dengan teknik konservasi dan penanganan limbah yang memadai, akan meningkatkan pencemaran yang luar biasa di bagian hilir.

2.                  Dampak Perubahan Penggunaan Lahan sebagai Pemukiman Penduduk terhadap DAS di Kabupaten Bengkulu Utara

Peningkatan Penggunaan lahan pemukiman penduduk atau peruntukkan kawasan transmigrasi  secara berlanjut di  Daerah Aliran Sungai akan sangat mempengaruhi kondisi debit air DAS, dimana semakin banyak area terbangun di DAS maka proses peresapan air permukaan menjadi air tanah akan terganggu. Menurut As-syakur etal,.(2008) Hal ini berakibat pada tingginya aliran permukaan serta tingginya debit sungai pada saat musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir. Selain itu kondisi tersebut juga berdampak pada minimnya debit sungai pada saat musim kemarau yang berdampak pada menurunnya kualitas air sungai.

Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan lahan. Menurut de la Cretaz and Barten (2007) perubahan penggunaan lahan dari lahan terbuka (hutan, kebun atau tegalan) menjadi lahan untuk pemukiman menyebabkan infiltrasi air permukaan berkurang, meningkatkan aliran permukaan, dan pengisian kembali air tanah menjadi berkurang.

3.                  Dampak Perubahan Penggunaan Lahan sebagai pertambangan emas terhadap DAS di Kabupaten Bengkulu Utara

Menurut Atmaja, (2012), Provinsi Bengkulu memiliki daerah pertambangan emas di Kecamatan Lebong Selatan Kabupaten Lebong, selain adanya pertambangan yang telah memiliki izin penambangan, namun ada juga penambangan-penambangan illegal yang dilakukan oleh masyarakat setempat, mereka diberi istilah PETI (Pertambangan Tanpa Izin). Dalam perkembangannya PETI tidak hanya pada komoditi galian emas tetapi juga diterapkan pada bahan galian lain baik golongan A, B maupun C. Maraknya kegiatan penambangan bahan galian C ternyata memberikan masalah bagi daerah, karena sebagian besar penambangan dilakukan tanpa memiliki izin. Adapun yang menjadi masalah adalah tata cara penambangan oleh penambang-penambang emas PETI yang pada prosesnya menggunakan cairan merkuri (Hg) yang sangat berbahaya, dan pada akhirnya limbah yang tercemar oleh merkuri dibuang ke sungai. Berdasarkan penelitian Apriani et al., (2012), diketahui jumlah merkuri yang hilang yaitu sebesar 49,72 gram dan rata-rata merkuri yang hilang untuk setiap satu kali proses penggelundungan sebesar 1,24 gram. Jika diakumulasikan rata-rata merkuri yang hilang dalam satu tahun, maka untuk setiap satu kali proses penggelundungan dalam satu alat gelundung diperoleh merkuri sebesar 453,69 gram. Pencemaran yang disebabkan oleh logam-logam berat yang juga merupakan unsur-unsur langka (seng, timah, kadnium, merkuri, arsen, nikel, vanadium dan berilium) merupakan masalah yang serius dewasa ini karena merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya.

4.                  Dampak Perubahan Penggunaan Lahan sebagai Pertambangan Batubara Terhadap DAS di Kabupaten Bengkulu Utara

Jenis limbah yang menjadi masalah utama dalam pertambangan batubara  adalah limbah tambang terbuka yaitu overburden dan limbah dari proses pengolahan bahan tambang yang disebut tailing. Overburden adalah batuan dari tambang terbuka yang harus disisihkan terlebih dahulu untuk mencapai cebakan  yang kadar logamnya cukup tinggi. Batuan penutup dilepaskan dengan cara peledakan pada kedalaman tertentu dan umumnya batuan ini tidak mengandung  logam. Sedangkan tailing adalah sisa batuan bijih / mineral yang sudah diolah dan dibuang sebagai limbah (Soehoed, 2005).  Dapat dikatakan bahwa kegiatan pertambangan selain meningkatkan pendapatan devisa negara, juga berdampak terhadap lingkungan. Dampak yang timbul berupa penurunan produktivitas tanah; pemadatan tanah; erosi dan sedimentasi; terganggunya flora dan fauna; terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk; dan terjadinya perubahan iklim mikro. Masalah yang berhubungan dengan sifat kimia tanah yang mungkin timbul adalah terangkatnya mineral tertentu seperti pirit (FeS2) yang dapat mengakibatkan kemasaman tanah tinggi (Caruccio et al, 1981 dalam Qomariah, 2003). Kondisi tanah yang masam dapat menyebabkan beberapa unsur logam tercuci menjadi larut dan ke hilir areal tambang sehingga mencemari perairan dan lahan di sekitar (Greene, 1988 ; Anonim, 1995 ; Anonim, 1999 dalam Qomariah, 2003).

Konsepsi Pengembangan Daerah Aliran Sungai Di Bengkulu Utara yang Berkelanjutan

Menurut Sinukaban (2007), pengembangan dan pengelolaan DAS adalah rangkaian upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan sumberdaya alam DAS secara rasional guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup, seraya membina hubungan yang harmonis antara sumberdaya alam dan manusia serta keserasian ekosistem secara lestari. Untuk itu maka setiap kegiatan dalam DAS harus juga memenuhi tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Suatu kegiatan pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan apabila pembangunan itu dapat mewujudkan  paling sedikit tiga indikator utama secara simultan yaitu pendaatan yang cukup tinggi, teknologi yang digunakan tidak mengakibatkan degradasi lingkungan dan teknologi tersebut dapat diterima (acceptable) dan dapat dikembangkan oleh masyarakat (replicable) dengan sumberdaya lokal yang dimiliki.

KESIMPULAN

Kawasan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bengkulu Utara telah mengalami perubahan penggunaan lahan akibat kegiatan perkebunan rakyat atau perkebunan swasta besar baik perkebunan sawit maupun karet, pertambangan batubara, pertambangan emas, dan juga tidak sedikit sudah menjadi lahan permukiman transmigrasi yang tersebar di sub-sub Das-nya.  Dampak dari perubahan penggunaan lahan ini yaitu terjadinya kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity), kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburan tanah atau pemiskinan tanah), dan akumulasi limbah industri (pencemaran) serta terganggunya flora dan fauna, terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk. Oleh karena itu,setiap kegiatan dalam DAS harus juga memenuhi tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

UCAPAN TERIMA KASIH

·         Terima kasih kepada Allah SWT

·         Terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. Urip Santoso, S.Kom., M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Penyajian Ilmiah yang telah memberikan masukan penulisan makalah ilmiah saya ini.

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, L  et al,.  2012.  Potensi Pelepasan Merkuri pada Lingkungan Tambang Emas Rakyat di Lebong Utara Kabupaten Lebong.  Tesis.  Fakultas Pertanian.  Universitas Bengkulu.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Atmaja, Y. A. 2012. Potret Keadaan Daerah Aliran Sungai di Provinsi Bengkulu. https://usantoso.wordpress.com/2012/06/14.20 September 2013).

Asdak, C. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

As-syakur et al,. 2008. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Badung.  Jurnal Bumi Lestari, Vol. 10, No. 2. pp. 200-208.

 

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkulu Utara.  2013. Air. http://www.blhbu.net/.(20 September 2013).

Coskun, H.G., U. Alganci, and G. Usta. 2008. “Analysis of Land Use Change and Urbanization in the Kucukcekmece Water Basin (Istanbul, Turkey) with Temporal Satellite Data using Remote Sensing and GIS”. Sensors, 8. 7213-7223

 

de la Cretaz, A.L. and P.K. Barten. 2007. Land Use Effects on Streamflow and Water Quality in the Northeastern United States. CRC Press. Florida-USA.

 

Hu, D., G. Yang, Q. Wu, H. Li, X. Liu, X. Niu, Z. Wang, and Q. Wang. 2008. “Analyzing Land Use Changes in the Metropolitan Jilin City of Northeastern China Using Remote Sensing and GIS”. Sensors, 8. 5449-5465.

Mezulianti, U. 2013. Analisis Dampak Perkebunan Sawit Terhadap Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Kaur. http://uwityangyoyo.wordpress.com/2013/04/29/. (20 September 2013).

Qomariah, R. 2003. Dampak Kegiatan Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) Batubara Terhadap Kualitas Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Banjar– Kalimantan Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.

Rauschkolb, R.S. 1971. Land Degradation. FAO Soil Bull, No. 13.

Sinukaban, N. 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.http://bebasbanjir2025.wordpress.com. (20 September 2013).

Soehoed, A. R. 2005. Sejarah Pengembangan Pertambangan PT. Freeport  Indonesia Di Provinsi Papua, Jilid 3, Tambang Dan Pengelolaan  Lingkungannya. Aksara Karunia. Jakarta.

Soemarwoto, O.1985. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Jambatan, Jakarta.

Suriawiria, U. 2003. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni. Bandung.

 

Wahyunto, M.Z et al,. 2001. “Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang, Jawa Tengah”. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

 

2 Responses to “ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN BENGKULU UTARA”

  1. gemscool Says:

    iizin nyimak gan


Leave a comment